BANDUNG NEWS – Wayang Golek adalah salah satu karya seni yang sudah ada di tanah Sunda sejak masa kerajaan Pajajaran.
Wayang Golek terbuat dari bahan kayu yang dipahat menyerupi tubuh dan wajah manusia, yang bisa juga disebut dengan boneka kayu.
Dalam bahasa Sunda, boneka kayu lazim disebut dengan ‘Golek’, sehingga disebut Wayang Golek.
Dimanapun pagelaran Wayang Golek berlangsung, tata pentasnya hampir tetap sama yaitu adanya suatu panggung yang cukup luas dengan ukuran sekitar 5x5x1 meter.
Dalang duduk di depan panggung (bagian tengah). Di bagian kiri dalang diletakan kotak, yaitu peti dari kayu tempat penyimpanan seluruh wayang yang akan digunakan.
Sebagian wayang yang akan difungsikan sebagai dekorasi panggung bagian depan, istilah dalam pedalangan disebut dijantur.
Wayang-wayang tersebut disusun mulai dari wayang terkecil sampai wayang terbesar berurutan. Di depan dalang dipasang lagi dua batang pohon pisang. Kedua batang pohon pisang tersebut dinamakan jagat, yaitu tempat berlangsungnya adegan cerita yang dilakonkan.
Kesenian wayang merupakan perpaduan dari berbagai unsur seni antara lain seni sastra, seni suara, senin musik (karawitan gending), seni tari, seni rupa dan seni akting.
Seni sastra termasuk unsur yang paling utama dalam pagelaran Wayang Golek. Setiap pagelaran harus ada lakon yang disampaikan.
Lakon tersebut merupakan karya sastra yang di dalamnya mempunyai tema, pesan, falsafah, ajaran moral, kerohanian, keluhungan budi dan penerangan-penerangan yang menunjang pesan pemerintah secara terselubung.
Dalam pagelaran wayang golek sekarang, lakon yang sering ditampilkan berupa Cerita Carangan. Cerita Carangan merupakan rekayasa para seniman wayang.***